Manusia dan Pendidikan

Manusia dan pendidikan, adalah dua hal yang saling terkait dan membutuhkan satu sama lain, seperti dua sisi dari satu keping mata uang. Manusia dapat tumbuh berkembang dengan sempurna adalah melalui proses pendidikan. Pendidikan merupakan proses yang dimana manusia menjadi objek utamanya, pendidikan pada dasarnya berlaku hanya bagi manusia. Pendidikan yang bertujuan untuk memanusiakan manusia dalam arti mengembangkan dan mengarahkan potensi manusia sangat berkait erat dengan pandangan terhadap manusia itu secara hakikatnya.

Pandangan terhadap hakikat manusia itu akan berpengaruh pada konsep filosofis pendidikan. Konsep filosofis ini yang menjadi dasar bagi kegiatan ataupun proses pendidikan selanjutnya. Termasuk dalam hal ini adalah konsep, tujuan, kandungan materi, dan metode dalam melakukan pendidikan. Perbedaan dalam memandang hakikat manusia sudah barang tentu akan menyebabkan perbedaan pada proses-proses pendidikan selanjutnya seperti disebut di atas. Oleh karena itu penting bagi kita untuk mengetahui tentang hakikat manusia. Terlebih khusus adalah hakikat manusia menurut Islam, karena yang kita bicarakan adalah pendidikan Islam.

Hakikat Manusia

Secara sederhana hakikat dapat dimaknai sebagai esensi atau arti yang sesungguhnya dari sesuatu. Hakikat dalam pandangan Islam adalah kesatuan antara kebenaran (truth) dan kenyataan (reality). Hakikat merupakan kondisi utama atau dasar yang menunjukkan keterpaduan antara kondisi ideal dan kondisi riil. Jadi hakikat manusia dapat diartikan sebagai esensi atau arti sebenarnya tentang manusia. Serta kondisi ideal manusia yang harus wujud juga dalam kehidupannya.

Kaum Marxian menilai bahwa hakikat manusia adalah makhluk ekonomi yang selalu terdorong untuk memenuhi dorongan perut. Freudian menyebut bahwa hakikat manusia itu selalu dipengaruhi oleh dorongan seksual. Penganut Humanisme sekuler berpendapat bahwa hakikat manusia adalah bahwa manusia adalah penentu dari semua hal yang ada di dunia ini, dan menolak kekuatan pengatur diluar diri manusia itu.

Islam dalam memandang manusia berbeda dengan yang disebutkan dalam paragraf di atas. Islam memiliki pandangan yang khas dan menyeluruh terhadap hakikat manusia. Islam menempatkan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna bentuknya dibandingkan dengan makhluk yang lain.

Kesempurnaan manusia menurut Islam di ntaranya disebabkan oleh kedudukan manusia sebagai seorang ‘abid sekaligus sebagai seorang khalifah. Manusia diciptkan dengan tugas sebagai seorang ‘abid yang harus senantiasa dalam hidupnya melakukan peribadahan kepada Allah Swt.. Ibadah dalam hal ini diartikan oleh Ibn Taimiyah sebagai ketundukan dan kepasrahan totalitas kepada Allah.

Sebagai khalifah manusia diamanahi oleh Allah untuk menjadi pengganti Allah dalam mengelola bumi dan seluruh isinya. Hal ini sejalan dengan asal kata khalifah dari kata khalafa yang artinya mengganti. Ada tiga pendapat terkait dengan makna pengganti dari arti kata khalifah. Pertama, manusia sebagai pengganti makhluk sebelumnya (jin). Kedua, manusia sebagai manusia yang lainnya. Dan yang ketiga, yang diterima mayoritas ahli tafsir adalah bahwa manusia sebagai pengganti Allah dalam mengelola bumi.

Manusia tidak dibiarkan begitu saja oleh Allah dalam mengemban dua hal diatas. Allah membekali manusia dalam menjalankan dua tugas pokonya dengan empat bekal. Manusia dibekali dengan fithrah (dien), roh, kebebasan memilih, dan akal.

Dengan bekal fihtrah-nya mnusia dilhirkan dalam kondisi yang suci dan bersih. Manusia dengan fithrah yang dimilikinya mempunyai perjanjian suci (mitsaq) dengan mengakui bahwa Allah adalah Tuhan satu-satunya. Dengan hal ini manusia dilahirkan tidak memiliki dosa atau tanggungan kemaksiatan sebagaimana yang diyakini dalam ajaran Nasrani dimana setiap yang baru dilahirkan mempunyai dosa (original sin). Hal ini juga membantah teori tabula rasa yang mengatakan bahwa manusia lahir dengan tidak membawa nilai apa-apa seperti kain putih.

Dengan roh, manusia tidak hanya merupakan wujud jasad atau badan saja. Manusia merupakan wujud jasmani dan rohani, sehingga kepentingan kedua hl itu harus diperhatikan. Jangan hanya memberi asupan jasmani namun melupakan asupan bagi rohani. Begitu juga sebaliknya. Manusia juga diberi kebebasan dalam hidupnya. Kebebasan ini dimaksudkan untuk memberi pelajaran bahwa manusia dituntut untuk bertanggung jawab atas pilihan yang diambilnya. Manusia diberi kebebasan untuk memilih satu diantara dua jalan, yaitu jalan fujur (kesesatan) atau jalan taqwa (kebenaran). Dimana masing-masing jalan itu ada tanggung jawab dan balasan yang akan diterima oleh manusia. Dan secara ideal manusia harus diarahkan dan dibimbing kearah jalan taqwa.

Terakhir manusia diberi bekal akal yang mampu berfikir tentang apa-apa yang dihadapi dalam hidupnya. Dengan akal manusia dapat berpikir kreatif dan sistematis sehingga sangat berguna dalam usaha untuk mengelola dan memanfaatkan seluruh kekayaan yang dianugerahkan oleh Allah di dalam alam semesta ini.

Unsur-Unsur Manusia

Manusia adalah makhluk yang unik. Manusia yang satu memiliki keistimewaan dan karakteristik potensi yang berbeda dengan lainnya. Hal ini mengandung pengertian akan kekuasaan dan kebesaran Allah, selain itu juga mengandung pengertian bagi kita semua untuk menghormati dan memendang manusia sesuai dengan potensi keistimewaan yang dimiliki maing-masing. Hal ini mengharuskan perlakuan yang berbeda terhadap manusia yang satu dengan manusia yang lain.

Selain hal khusus yang dimiliki oleh manusia, ada hal-hal umum yang diberikan oleh Allah kepada manusia. Manusia oleh Allah diberikan anugerah berupa jasmani, ruhani, dan fikri. Ketiga anugerah Allah ini harus dikembangkan dan difasilitasi agara dapat berkembang secara optimal. Jasmani (psikomotorik) manusia harus dilatih, ruhani (afektif) manusia harus dirangsang supaya dapat peka dan tanggap terhadap lingkungannya. Fikri (kognitif) manusia harus diberi asupan pengetahuan supaya dapat menciptakan kebaruan dan kemanfaatan bagi manusia lain.

Pendidikan Islam secara konseptual ideal harus mampu mengemban tugas untuk mengembangkan hakikat manusia. Pendidikan Islam menjadi pembimbing bagi manusia dalam mengemban tugasnya sebagai ‘abid yang senantiasa beribadah kepada Allah. Membekali manusia dalam menjalankan fungsi kekhalifahannya. Pendidikan Islam melakukan proses pengembangan potensi manusia yang khas, tidak bersifat uniform. Serta mampu mengembangakn potensi jasmani, ruh, dan fikri pada diri manusia secra seimbang dan sempurna.

This entry was posted in Uncategorized. Bookmark the permalink.

Leave a comment